Selasa, 03 Desember 2019

Permasalahan yang Sering Terjadi di Kampus


Ketika sudah memasuki dunia perkuliahan maka permasalahan yang dihadapi jauh berbeda dengan masalah yang dihadapi saat sekolah. Semua mahasiswa pasti pernah merasakannya entah salah satu dari masalah tersebut maupun beberapa dari masalahnya bahkan bisa saja semua masalah itu. Wah kalau semua gini berarti apes banget hidupnya.Permasalahan yang pertama pastinya masalah registrasi, ya registrasi memang dilakukan setiap awal semester jadi tidak heran jika semua mahasiswa mengalaminya. Banyak kendala yang dialami saat registrasi atau yang biasa disebut KRSan yakni mengatur Kartu Rencana Studi yang nantinya menjadi jadwal perkuliahan kita setiap hari.

Tetapi sebelum kita mendapatkan KRS harus membayar UKT atau Uang Kuliah Tunggal atau bisa disebut SPP tapi bayarnya enam bulan sekali. Saat membayar UKT biasanya ditentukan di bank mana kita harus membayar dan saat membayar itu pun kita harus antre. Sehingga sangat melelahkan dan membosankan belum lagi jika terjadi trouble pada jaringan bank karena banyaknya nasabah yang harus dilayani. Jadi tips saat membayar UKT adalah jangan dibayar waktu awal pembayaran dibuka. Biasanya peraturan setiap kampus berbeda ada yang memberikan jangka waktu untuk pembayaran dan ada juga yang tidak memberikan jangka waktu pembayaran yakni hanya satu hari saja. Wah ini nih yang repot. Setelah UKT dibayarkan maka ketika kita membuka SIAKAD atau Sistem Informasi Akademik maka kita bisa langsung memilih jadwal perkuliahan.

Waktu memilih jadwal perkuliahan pun harus dipikirkan matang-matang karena jangan sampai bersamaan dengan mata kuliah lain dan kalau bisa sih diatur sedemikian mungkin supaya bisa lulus cepet. Tapi tergantung dari berapa maksimal SKS yang dapat kita ambil. SKS yaitu Sistem Kredit Semester. Namun ada juga kampus yang peraturannya tidak bisa mengambil mata kuliah yang belum memasuki semesternya jadi meskipun batas maksimal SKS kita tinggi tetap saja tidak bisa mengambil mata kuliah lain yang diajarkan pada semester atas. Setelah memilih mata kuliah dan menyimpan hasil perubahan tersebut maka lampiran tersebut harus diprint atau dicetak yang nantinya kertas tersebut akan disetujui dan ditandatangani oleh dosen wali yang kemudian disahkan oleh SIAKAD.

Tidak sampai di situ saja saat ingin mendapatkan tanda tangan dari seorang dosen wali kita harus membuat janji terhadap beliau terlebih dahulu. Maklum lah ya kan orang sibuk. Nah di sini letak kesabaran kita diuji karena biasanya dosen sangat susah untuk ditemui. Janjian pukul 08.00 eh tapi beliaunya datang pukul 13.00 jadi kering kan ya kalau jemuran. Tapi kita sebagai mahasiswa harus tetap menunggu karena bagaimana pun juga kita tetap membutuhkan beliau. Saat sudah bertemu dosen wali dan sudah mendapat tanda tangannya maka kertas tersebut dikumpulkan ke bagian akademik untuk nantinya diinputkan ke SIAKAD kita masing-masingMemasuki masalah yang kedua yaitu jadwal kuliah yang tidak sesuai jadwal di SIAKAD. Ini disebabkan oleh sibuknya dosen.

Nah lagi-lagi sibuk deh tapi maklum saja kan yang dilakukan banyak. Mata kuliah sering tidak terisi merupakan salah satu masalah jadwal kuliah namun yang satu ini ada plus dan minusnya. Plusnya yaitu kita bisa tidur atau pulang ke rumah tetapi minusnya yaitu kita diberikan tugas atau bisa saja dosen melewati materi  mata kuliah jadinya kita sendiri deh yang rugi. Tapi biasanya sih selalu dilakukan kesepakatan untuk bisa mengganti pertemuan di lain waktu.Masalah yang selanjutnya yaitu pengurusan KTM yang hilang. Nah kalau yang satu ini sih emang kesalahan kita karena ceroboh dan tidak berhati-hati. KTM adalah Kartu Tanda Mahasiswa yang dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk masuk ke perpustakaan atau sebagai alat pengenal bahwa mahasiswa tersebut kuliah di kampus itu.

Proses yang susah dan ribet saat mengurus KTM yang hilang yaitu pertama kita harus melapor dulu kepada dosen dan akan dibuatkan surat keterangan untuk diserahkan ke pihak kepolisian. Saat di kepolisian kita meminta surat keterangan kehilangan lalu diberikan ke bagian kepengurusan KTM. Setelah itu bisa membuat KTM baru dan caranya sama seperti kita membuat KTM lama.Ribet juga ya ternyata masalah yang ada di kampus. Itu masih beberapa saja belum semuanya. Mungkin lain kali bisa dilanjut ya. Semoga bermanfaat dan bisa dijadikan pelajaran berharga.

Lupa Membawa STNK Saat Parkir


STNK atau yang memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan merupakan benda yang wajib dibawa saat bepergian apalagi jika kita bepergian ke tempat umum yang di sana menyediakan tempat parkir dan syaratnya harus menunjukkan STNK saat masuk atau keluar dari area parkir namun biasanya ada yang ditunjukkan saat masuk area parkir saja atau hanya keluar area parkir saja bahkan ada yang harus menunjukkan STNK saat masuk maupun keluar area parkir. Bisa saja kita keluar area parkir tanpa menunjukkan STNK tetapi kita harus bisa menunjukkan bukti lain yang bisa dipertanggung jawabkan bahwa kendaraan tersebut adalah milik kita. Contohnya dengan foto kita bersama motor itu.

Lucu memang jika menggunakan bukti foto tetapi mau bagaimana lagi jika kita memang lupa dan jarak antara tempat tinggal dengan tempat area parkir sangat jauh. Misalnya saat bepergian ke luar kota atau  bahkan ke luar pulau. Masa kita harus pulang dulu terus ambil STNK lalu fitunjukkan ke petugas penjaga area parkir? Kan bikin cape bolak balik dan tentunya menghabiskan waktu juga biaya. Biasanya petugas memberikan solusi lain yakni menyuruh kita untuk mendatangi pos petugas dan di sana kita akan diintrogasi mengenai segala hal tentang bukti kendaraan tersebut milik kita. Setelah petugas yang ada di pos memberi persetujuan dan percaya bahwa kendaraan tersebut milik kita maka kita diperbolehkan untuk keluar dari area parkir.

Tentunya dengan pertimbangan yang sangat matang dan tidak langsung diberikan begitu saja. Tetapi ada juga petugas yang memang benar-benar disiplin dan sangat mematuhi peraturan. Bukannya sangat disiplin sih tapi emang ga punya rasa toleransi. Seharusnya ia harus memberi toleransi kepada pemilik kendaraan sepeda motor yang tidak membawa STNK tentunya dengan pertimbangan yang matang. Masa disuruh pulang dulu ke luar kota terus balik lagi. Biasanya hal ini terjadi di kampus yang system parkirnya tidak diberi karcis. Jadi setiap kendaraan yang keluar kampus wajib menunjukkan STNK tetapi saat masuk tidak perlu menunjukkan STNK.

Cerita ini pernah aku alamin sama temenku waktu itu berangkat ke kampus bareng naik motor tapi waktu berangkat ga dicek dulu sudah bawa STNK atau belum karena selama setahun kuliah ini ga pernah yang namanya ketinggalan STNK jadi ga ada firasat apa-apa sama sekali sih. Nah kebetulan waktu itu lagi ada tugas dari dosen dan tugasnya disuruh ngunjungin perpustakaan kampus lain tapi berangkatnya bareng-bareng naik motor. Waktu itu emang lagi ga ada mata kuliah, ada sih sebenernya mata kuliah itu tadi yang dosennya nyuruh ke perpustakaan kampus lain. Jadi kan termasuk bisa dibilang free lah kan sambil jalan-jalan heheWaktu di kampus dan semua temen-temen pada ribet masalah motor dan mau nebeng siapa.

Aku sama temenku sih biasa aja ga ribet dang a peduli tentang masalah mereka tapi waktu sudah mau berangkat nyari STNK buat keluar dari kampus tapi ternyata STNK nya ga ada. Di situlah mulai panic dan deg-deg an karena khawatir kalau STNK itu hilang. Kan kalau ngurus lagi ribetnya minta ampun. Nah setelah diinget-ingat lagi ternyata STNK itu ga hilang tapi ada di rumah temenku. Tepatnya ada di atas meja tapi hal itu masih menjadi tanda tanya besar karena belum tentu masih ada di situ.Setelah ingat bahwa STNK nya ketinggalan di rumah maka kita bilang ke petugas penjaga parkir tapi kebetulan waktu itu yang jaga si bapak jahat. Kami bilang kalau STNK nya ketinggalan di rumah dan mau ngambil STNK tapi pulang dulu pakai motor dengan jaminan meninggalkan KTP tetapi sang bapak tidak percaya.

Nah ini nih salah satu pegawai yang sangat disiplin dan mematuhi peraturan. Bukan disiplin sih ya tapi pelit dang a punya rasa toleransi. Akhirnya temenku pulang ke rumah naik bus ya untung aja jarak rumah ke kampus ga sampai 30 menit meskipun beda kota.Setelah sesampainya di rumah ternyata STNK itu masih ada di atas meja tanpa bergeser sedikitpun lalu temenku balik ke kampus dan akhirnya bisa keluar kampus. Yeay… bisa keluarCukup sampai di sini dulu ya ceritaku tentang keapesan dalam hidup semoga bisa dijadikan pelajaran untuk ke depannya supaya tidak ceroboh.

Sedih, Beginilah Hidup Setelah Putus dari Pacar


Sejak bulan lalu, aku dilanda patah hati yang sangat mendalam. Soalnya aku baru saja minta putus dari pacar aku. Yah, meskipun sebenarnya aku yang memang minta putus sih. Tapi tetep aja aku masih ngerasa patah hati gegara hal itu. Siapa sih yang nggak pengen putus jika pacarmu cumin sibuk sama kegiatan organisasi doang? Nah, itu salah satu hal yang aku nggak betah dari dia. Apalagi semenjak dia jadi pengurus harian di salah satu organisasi kampus, dia semakin nggak peduli dengan aku lagi. Yah, pada akhirnya aku minta putus deh sama dia.Aku sama mantan pacar aku itu udah pacaran semenjak semester awal kuliah. Pada awalnya hubungan kami biasa saja karena emang kami berasal dari fakultas yang sama. Jadi aku rasa kami lebih mudah mengatur jadwal ketemuan dan keluar bareng.

Namun, ketika mulai memasuki semester selanjutnya, dia memutuskan buat ikutan organisasi lingkup kampus. Awalnya sih aku mendukung aja, soalnya yah menurutku itu juga termasuk kegiatan yang baik dan bermanfaat bagi dia. Namun semenjak dia mengikuti kegiatan organisasi kampus, dia semakin sibuk dan intensitas ketemuan kami semakin jarang. Yah, maklum sih ya. Organisasi kampus gitu loh, siapa coba yang nggak super sibuk dengan hal itu. Apalagi setelah satu tahun ikutan organisasi itu, mantan pacar aku direkomendasiin buat jadi salah satu pengurus harian disana. So, pastinya dia jadi sibuk banget. Jadi aku ngerasa wajar sih kalau dia menjadi lebih sering buat ikutan acara-acara yang diadain sama organisasinya itu.

Hal yang semula aku anggap wajar lama-kelamaan menjadi lebih mencurigakan bagiku. Pada mulanya, minimal sehari aku masih dapat kabar ataupun chat-an dengan dia. Namun lambat laun, semakin jarang aku mendapatkan kabar darinya. Mulanya sekitar dua hari baru kasih kabar, terus kalau nggak dihubungi duluan nggak bakalan hubungin aku. Kemudian mulai lebih jarang lagi dia kasih aku kabar, kadang malah sampai seminggu baru dia bisa kasih kabar. Sampai-sampai aku bertanya-tanya sebenarnya dia itu jadi pengurus harian atau emang sengaja buat nggak hubungin aku.

Nah, sebenarnya disini juga ada salah dariku sih. Soalnya aku kan ikutan kegiatan-kegiatan outdoor gitu. Sementara aku hibur waktu buat diriku sendiri dengan ikutan muncak bareng temen-temen kuliah atau kadang latihan panjat dinding di kampus, dia malah curigain aku sama cowok lain. Yah, gimana nggak sebel coba. Kan yang namanya kegiatan kayak gitu emang isinya anak cowok semua. Apalagi aku juga nggak terlalu mikirin mau main bareng cowok atau bareng cewek gitu. Padahal dia juga tahu kalau aku emang anak yang hobby-nya main kayak gituan.

Maksudku, aku emang suka kegiatan-kegiatan yang nantang adrenalinku gitu. Bahkan, aku kenal sama dia pun gegara kegiatanku itu.Pada mulanya, ketika aku nongkrong di sekre mapala dimana aku emang salah satu anggotanya, dia ikutan nongkrong disitu. Bahkan, dia juga sempat ikutan muncak bareng kala itu. Tapi, semakin kesini aku ngerasa udah nggak sepemahaman lagi sama dia. Apalagi semenjak dia ikutan organisasi kampus yang berbau agama kayak gitu. Ya bukannya apa, tapi aku paling nggak suka ketika kebebasan yang aku miliki diatur-atur sama orang lain. Meskipun toh notabene-nya dia saat itu masih berstatus pacar aku.

Makanya, aku lebih memilih buat mengakhiri hubunganku dengannya. Pada awalnya aku ngerasa bebas setelah putus dengannya. Tapi setelah sekitaran satu minggu, aku merasa mulai ada yang hilang dari diriku. Aku yang udah terbiasa dengan perhatian dan kehadirannya, meskipun memang pada masa akhir-akhir hubungan kami komunikasinya jarang-jarang, tiba-tiba kini harus benar-benar hilang kontak dengannya. Apalagi setelah putus denganku, dia benar-benar nggak mau dihubungi sama sekali. Jadi aku benar-benar merasakan kehilangan dia. Semenjak itu, aku mulai menjadi individu yang sering menyendiri. Yah, meskipun nggak selalu sih. Ada masa disaat aku memang ikutan nongkrong dengan anak-anak yang lain, tapi aku merasa pikiranku serasa kosong gitu dan lebih banyak melamun.

Aku menjadi lebih sering keingat sama kenangan masa lalu, kalau nggak gitu aku lebih sering menghabiskan waktuku buat baca buku melankolis. Sebenarnya aku juga menyadari keadaanku, jadi aku mulai lagi buat mengalihkan fokusku dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Sehingga pikiranku tidak melulu tentang penyesalanku meminta putus darinya. Aku mulai kembali ikutan muncak bareng teman-teman, mulai lagi latihan panjat dinding, mulai fokus lagi sama kuliah dan sebagainya. Sehingga, lama-kelamaan aku dapat melupakan hal tersebut dan ketika aku bertemu dengannya lagi, aku sudah tidak merasakan nuansa melankolis lagi.

Mahasiswa Rantau Sepertiku, Ketika Jatuh Sakit


Beberapa hari yang lalu saya mengalami demam dan muntah-muntah. Ketika itu, kosan sedang sepi karena memang lagi akhir minggu. Hanya tinggal saya dengan seorang teman saya yang sama-sama anak rantau jauh. Sehingga sangat tidak memungkinkan untuk pulang kampung seminggu sekali.
Rasa-rasanya seluruh badan saya menggigil dan perut seperti sedang diaduk-aduk. Apalagi gejala itu timbul ketika tengah malam. Mau bilang sama siapa juga tengah malam seperti itu? Yah, meskipun toh memang tidak ada yang akan peduli juga dengan keadaan saya. Saat-saat tengah mengalami kondisi yang sedang drop seperti itu, tiba-tiba saya merasakan kerinduan berada di rumah.

Mungkin akan ada yang peduli dan perhatian kepada saya ketika saya berada di rumah. Hm..sebenarnya itu hanya asumsi saya saja sih. Tapi tetap saja, saya merasa sangat membutuhkan perhatian orangtua ketika di masa-masa seperti itu. Ini baru pertama kalinya saya jatuh sakit setelah sekian lama tinggal seorang diri dan jauh dari rumah. Ketika saya mempertimbangkan untuk memeriksakan kesehatan saya, saya masih harus mempertimbangkan keuangan saya apakah mencukupi atau tidak. Apalagi bagi saya yang hidup hanya dari beasiswa yang tidak seberapa, belum lagi biaya cek kesehatan yang pastinya akan memenggal separuh dari uang beasiswa saya selama sebulan.

Saya benar-benar merasakan kegalauan yang begitu besar. Ingin rasanya memeriksakan keadaan saya karena pada malam itu, saya tidak henti-hentinya memuntahkan apa saja yang ada di perut saya. Sebenarnya hanya itu saja yang saya khawatirkan, apalagi tubuh saya sudah mulai kekurangan cairan akibat muntah-muntah tadi. Sehingga mau tidak mau saya membangunkan teman saya yang kebetulan juga sama-sama anak rantau dari jauh.Berbekal dari sedikit pengetahuan saya tentang pertolongan pertama dari hasil sering ikut serta dalam kegiatan survival di alam bebas, saya meminta teman saya untuk membuatkan ramuan intisari dari teh yang sangat kental.

Meskipun rasanya menurut saya lumayan pahit, karena perlu diketahui ramuan ini tidak diberi gula sama sekali dan justru diberi sedikit garam, muntah-muntah saya sudah mulai berkurang. Saya mulai merasakan ada tenaga lagi meskipun hanya sedikit. Sehingga saya memutuskan untuk membuat beberapa ramuan lagi untuk menambah kadar cairan di tubuh saya. Paginya, saya merasa lebih baik dan sudah tidak merasakan mual-mual lagi.Namun pada saat itu, demam saya masih lumayan tinggi. Saya masih memaksakan diri untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena menurut saya, kalau hanya untuk demam saja saya masih bisa menahannya. Meskipun toh bukan berarti saya ingin berlarut-larut mengalami demam.

Pada saat itu, karena memang sedang akhir pekan, hanya beberapa apotek saja yang masih buka. Yah, saya pikir daripada saya harus menghabiskan uang bulanan beasiswa saya hanya untuk memeriksa kondisi kesehatan badan, akan lebih baik apabila uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya seperti makan dan print tugas. Jadi saya memutuskan untuk mengonsumsi obat yang saya beli dari apotek saja tanpa tahu apa penyakit yang sebenarnya sedang saya alami.Memang wajar sih alasan saya untuk lebih memilih hanya mengonsumsi obat dari apotek, karena pada saat itu uang bulanan dari beasiswa yang saya dapatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kadang kala masih kurang.

Sehingga dalam beberapa waktu saya perlu melakukan pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi kekurangan kebutuhan biaya hidup saya. Selain itu, yang membuat saya sedikit sedih yaitu ketika saya benar-benar jauh dari orangtua. Bahkan untuk mahasiswa seperti saya ini, mungkin hanya dapat pulang kampung halaman maksimal dua kali dalam setahun. Hal itu sebenarnya membuat saya kadang merasakan kerinduan akan rumah yang mana di kampung halaman saya penduduk dan lingkungannya masih asri dan tidak kejam seperti kehidupan di kota.

Namun demi mendapatkan pengetahuan dan kelayakan hidup yang lebih baik, saya merasa harus tetap semangat dan giat dalam menjalani rutinitas sebagai seorang mahasiswa. Apabila kondisi saya sakit seperti itu, maka akan mengganggu konsentrasi dan jadwal kegiatan yang harus saya lalui. Saya tidak akan fokus melalui perkuliahan saya dan akan mengalami keteteran jadwal ataupun tugas karena kondisi saya yang sedang drop. Sehingga, saya pada saat itu benar-benar memutuskan untuk menjaga kembali kesehatan dan pola makan saya agar tidak mengalami jatuh sakit untuk yang kedua kalinya.

Ketika Hobby Berbenturan dengan Kuliah


Sejak masa SMA, saya menyukai kegiatan berbau alam bebas. Sejak saat itu, saya mulai ikutan dengan organisasi pecinta alam. Pada mulanya, saya merasa kegiatan ini menghabiskan banyak tenaga dan banyak dana. Namun karena memang menyukai hal yang berbau alam dan kegiatan ekstrim, saya tetap menyukainya. Yah, meskipun pada waktu itu kegiatannya masih tergolong taraf yang rendah sih, seperti rappelling di jembatan yang ada di belakang sekolah, latihan panjat dinding di sekolah tetangga, ataupun kemping ceria di Taman Nasional yang masih satu kabupaten dengan tempat tinggal. Kegiatan tersebut meskipun sebenarnya memang menguras tenaga dan biaya, karena pada saat itu notabene-nya saya masih anak sekolahan, saya sangat enjoy dan cenderung mulai merasa ketagihan.

Akhirnya, setelah memasuki dunia perkuliahan, saya memutuskan untuk bergabung dengan organisasi pecinta alam kampus. Pertama-tama sebenarnya saya juga diliputi oleh kegundahan karena pada saat itu saya memutuskan untuk kuliah di luar daerah. Hal ini tentunya membuat saya harus benar-benar mengatur pengeluaran bulanan sehemat mungkin apabila saya bergabung dengan organisasi mapala tersebut. Selain itu, saya memilih organisasi mapala fakultas karena menurut saya kegiatan yang dilakukan tidak akan terlalu berbenturan dengan kuliah. Tentunya, untuk menjadi anggota dalam organisasi pecinta alam haruslah ada pendidikan dasar terlebih dahulu untuk memperkenalkan calon anggota tersebut dengan kegiatan alam bebas dan bahaya yang dihadapi dalam alam bebas tersebut.

Hal lain yang menjadi pertimbangan saya untuk memutuskan bergabung dengan mapala yaitu kegiatan dalam mapala (mahasiswa pecinta alam) tidak terdapat unsur-unsur berpolitik sama sekali. Disana kita hanya akan diajarkan mengenai survive di alam bebas, pengendalian emosi diri, materi-materi kegiatan di alam bebas dan sebagainya. Hal itu memang merupakan minat awal saya untuk mengikuti kegiatan yang tidak bersinggungan sama sekali dengan hal-hal yang berbau politik. Namun lagi-lagi, konsekuensi yang harus saya dapatkan ketika saya memutuskan untuk bergabung dalam organisasi mapala yaitu perlunya menyiapkan tenaga dan dana ekstra.

Sudah menjadi rahasia umum jika mengikuti organisasi mapala berarti saya harus mengikuti latihan yang diadakan hampir setiap hari. Entah itu mulai latihan fisik, jogging, latihan SRT (Single Rope Teknik) atau naik turun dari ketinggian dengan menggunakan satu tali, latihan IMPK (Ilmu Medan Peta dan Kompas), latihan panjat dinding, latihan dayung (rafting) dan sebagainya. Latihan-latihan tersebut masih tergolong latihan dalam tahapan latihan secara fisik dengan media latihan masih berada di lingkungan kampus. Belum lagi saya masih harus belajar mengenai materi-materi kepecintaalaman, KSDA (konservasi sumber daya alam) dan lain sebagainya. Hal tersebut ternyata membuat saya kelimpungan dengan tugas-tugas kuliah karena tenaga dan waktu saya habis untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Dengan kegiatan-kegiatan di mapala yang menguras tenaga dan waktu tersebut. Tidak jarang saya menjadikan kuliah sebagai sarana untuk istirahat ataupun tidur. Selain itu, ada masa-masa dimana pada jam-jam perkuliahan, saya harus melakukan kegiatan lapangan semisal ekspedisi panjat tebing ke luar daerah, pendakian di gunung tertentu, dan sebagainya. Yah, meskipun memang ada surat ijin tertulis dari pihak organisasi, saya merasa hobby saya ini sering kali berbenturan dengan aktivitas perkuliahan saya. Mulai dari saya tidak bisa mengikuti jam-jam kuliah tertentu, sehingga saya sering merasa ketinggalan materi kuliah. Hingga kadang tak jarang saya sering terlambat mengumpulkan tugas kuliah karena masih berada di alam bebas pada waktu deadline pengumpulan tugas tersebut.

Meskipun banyak kendala dalam perkuliahan saya, saya masih berusaha untuk bisa lulus tepat waktu.Apalagi saya merasa mempunyai beban moral kepada orangtua saya untuk mendapatkan nilai kuliah yang minimal diatas rata-rata. Hal tersebut tentunya merupakan beban tersendiri bagi saya ketika harus memilih untuk melakukan hobby sejalan dengan aktivitas perkuliahan atau malah meninggalkan hobby saya untuk sementara waktu. Ketika saya telah menetapkan untuk memilih melakukan hobby sejalan dengan aktivitas perkuliahan, memang sudah menjadi konsekuensi saya sendiri jika saya merasakan kekurangan waktu. Hal tersebut sebenarnya dapat saya tanggulangi dengan melakukan pengaturan jadwal yang jelas dengan mempertimbangkan skala prioritas utama saya.

Namun tetap saja karena kegiatan mapala berhubungan dengan kegiatan fisik, kadang saya masih merasakan lelah dan itu sebenarnya yang mengganggu perkuliahan saya. Maksudnya, kadang saya benar-benar harus mempunyai tenaga ekstra setelah kegiatan di lapangan, yang biasanya dilakukan pada saat weekend, dan tiba di kampus ketika Minggu malam. Sedangkan saya masih mempunyai jadwal untuk mengikuti perkuliahan pada hari Senin pagi. Hal itu benar-benar menguras tenaga, karena yang seharusnya saya istirahat setelah kegiatan, saya masih mempunyai jadwal kuliah. Akan tetapi, meskipun sebenarnya jadi kendala tersendiri bagi saya, ketika saya melakukan sesuatu yang saya sukai dan tahu konsekuensinya. Saya memang benar-benar harus siap dengan hal tersebut.

Kegiatan Seru Untuk Mengisi Liburan ataupun Weekend


Sebagai mahasiswa, saya merasa perlu memanfaatkan waktu-waktu liburan dengan kegiatan seru dan bermanfaat. Menurut saya, salah satu hal seru yang sering saya lakukan untuk mengisi liburan weekend  yaitu dengan melakukan eksplore tempat-tempat baru yang masih sepi dan belum terjamah oleh umum. Selain menambah pengetahuan saya mengenai kawasan-kawasan wisata alam yang masih natural, saya juga dapat menyegarkan pikiran saya dari masalah perkuliahan yang kadang kala membuat pusing kepala. Sebagai salah satu orang yang suka berpetualang, saya juga sangat menyukai kegiatan-kegiatan olahraga ekstrim yang berada di alam, semisal panjat tebing, pendakian gunung, ataupun eksplorasi goa (entah vertical ataupun horizontal).

Menurut saya, hal-hal tersebut dapat memacu saya untuk mengembalikan pikiran jernih setelah satu minggu merasakan perkuliahan yang membuat pusing kepala.Selain itu, dengan melakukan kegiatan tersebut, saya mendapatkan banyak pelajaran semisal manajemen emosi dan manajemen waktu. Hal itu tentunya berguna bagi saya karena dapat mengontrol jadwal dan emosi yang saya miliki. Saya pribadi memang menjadikan kegiatan travelling dan olahraga ekstrim sebagai salah satu cara untuk melepaskan penat. Menurut pemikiran yang saya pegang, dengan menjelajah tempat-tempat baru dan mencoba hal-hal baru akan membuat saya menjadi pribadi yang mudah menerima perbedaan dan tidak terlalu stagnan. Saya yakin, dengan menjelajah dan mengeksplorasi tempat, budaya, makanan baru dapat membuat saya beradaptasi dengan siapapun dan dimanapun.

Kegiatan travelling secara terus-menerus umumnya memang membutuhkan waktu dan dana yang cukup menguras kantong. Tapi, saya berusaha memperkecil pengeluaran yang ada dengan menekankan sebanyak mungkin pengeluaran yang tidak begitu penting, semacam membeli buah tangan atau oleh-oleh. Selain itu, ketika liburan jangka pendek semacam ini, biasanya saya gunakan waktu tersebut untuk menjelajah tempat-tempat tersembunyi yang masih satu daerah dengan kampus tempat saya belajar. Kadang kala, saya mencoba menikmati wisata dengan sekadar mengelilingi kota dan menikmati jajanan-jajanan kuliner yang ada di kota tersebut.

Mungkin karena pada dasarnya saya memang menyukai kegiatan berwisata dan mengeksplore hal-hal baru di tempat-tempat baru, saya cenderung lebih sering menerapkan konsep travel backpacker. Menurut saya, dengan berjalan di suatu suasana baru secara seorang diri dan dengan biaya yang tentunya lebih irit, saya lebih merasakan bahagia dan excited karena tentunya saya akan bertemu dengan orang-orang baru dan pola hidup yang tentunya berbeda juga. Hal ini memungkinkan saya untuk lebih dapat membiasakan diri dengan suasana-suasana yang cenderung berubah-ubah sehingga dapat membuat saya cenderung lebih fleksibel ketika dihadapkan dengan siapapun dan dimanapun.

Yah, meskipun untuk melakukan kegiatan travelling yang membutuhkan waktu yang lama biasanya saya cenderung memilih waktu liburan semester yang menurut saya cukup untuk dihabiskan dengan berkeliling di daerah-daerah tertentu. Selain itu, untuk liburan jangka pendek semacam liburan weekend  memang tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk melakukan perjalanan. Meskipun dalam hal ini saya cenderung lebih memilih untuk perjalanan yang jangka pendek dan biasanya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang memacu adrenalin atau olahraga ekstrim.

Hal-hal tersebut semisal yaitu dengan ikut dalam kegiatan pendakian di gunung tertentu dengan track yang tidak memakan waktu lama untuk akomodasi pulang dan pergi, seperti hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 hari.Hal-hal tersebut menurut saya menimbulkan suatu efek penting bagi kehidupan saya karena saya dapat berdiskusi dan bermeditasi dengan alam sekitar. Selain itu, saya juga dapat menemukan lingkaran-lingkaran pertemanan yang baru dan tentunya yang mempunyai kesatuan hobby. Sehingga saya dapat menemukan pengetahuan-pengetahuan dan tips-tips tertentu ketika saya akan mengeksplore suatu daerah tertentu.

Ataupun, saya akan mendapatkan teman perjalanan untuk kegiatan yang lain yang mana sama-sama mempunyai niatan untuk berkunjung dan mengeksplorasi daerah tertentu.Di sisi lain, saya merasakan hobby saya ini dapat mengantarkan saya menuju lingkaran-lingkaran baru yang mana mempunyai pemahaman-pemahaman yang sama dalam melihat suatu kehidupan. Yah, meskipun untuk ukuran saya yang masih merupakan mahasiswa, hobby ini cenderung merupakan hobby yang harus menguras tenaga dan isi dompet. Namun, hingga saat ini saya masih sangat meinkmati hobby saya ini. Meskipun dengan demikian, saya harus melakukan pengaturan jadwal yang ekstra dan mengirit sehemat-hematnya.

Ada Yang Diingat, Ada Yang Harus Rela Dilupakan


Beberapa bulan yang lalu saya menemukan beberapa fenomena kehidupan yang menurut saya cukup unik. Pasalnya pada fenomena ini akan memperlihatkan bagaimana mudahnya untuk mengingat dan melupakan suatu hal. Memang kadang menurut saya bukan hal penting sih, akan tetapi tetap saja hel tersebut menjadi perhatian menarik untuk saya amati lebih jauh. Saya mengamati beberapa teman saya yang sering kali berganti pasangan dengan mudahnya, ada pula beberapa yang lainnya lebih sering berganti lingkaran pertemanan dalam kurun waktu yang belum terlalu lama. Selain itu, memang perlu ada yang harus dilupakan ketika ada yang lebih diingat.

Saya percaya pada hukum alam yang mana tidak ada yang sekaligus melupakan ataupun mengingat kedua yang bersangkutan dengan diri kita, dimana hal tersebut mungkin bertolak belakang atau malah saling berhubungan. Sudah menjadi konsekuensi bagi siapapun yang merasa ingin melupakan suatu kejadian ataupun kenangan dan seseorang dari kepala, maka akan ada masanya dimana hadir kejadian atau seseorang lainnya yang membuat kita tanpa sengaja akan melupakan. Hal tersebut tentunya juga berlaku bagi saya secara pribadi. Ketika saya merasa butuh untuk melupakan sesuatu, pasti ada hal baru yang muncul dan membekas sehingga menyebabkan adanya ingatan baru yang secara tidak langsung sudah melupakan ingatan sebelumnya.

Semakin kesini, saya merasa fenomena yang saya temukan dalam kehidupan memang sudah sewajarnya ada dan menjadi salah satu cara penyembuhan bagi setiap orang. Bukan masalah tentang ada yang dilupakan dan ada yang diingat, akan tetapi mengenai luka dan penyembuhan itu sendiri. Menurut saya, dengan adanya kemunculan ataupun peristiwa baru yang membekas, akan secara perlahan menggeserkan momen dan ingatan-ingatan yang pada akhirnya akan terlupakan.
Begitu pula dengan pasangan, menurut saya selama masih dalam pencarian jati diri akan banyak menemukan persimpangan yang pada akhirnya akan membuat perbedaan. Lambat laun perbedaan tersebut menimbulkan masalah-masalah yang menjadikannya sebagai kenangan yang ingin dilupakan. Nah, kenangan ataupun seseorang, dalam hal ini pasangan, tersebut lambat laun akan tergantikan dengan kehadiran yang baru.

Menurut saya, sebagai seorang manusia yang berjalan ke arah masa depan, ketika kenangan masa lalu terus-menerus menghantui kehidupan kita. Maka kehidupan ke depannya akan tidak tertata, karena masih terdapat bayang-bayang atau ilusi dari masa lalu. Hal ini merupakan suatu hal yang buruk. Kalau saya sih akan lebih baik untuk merelakan kenangan masa lalu untuk menyambut masa depan yang lebih baik. Meskipun toh sebenarnya tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan kita pada masa depan dan akan seperti apa jadinya. Ketika saya boleh memilih untuk berhenti di masa kini dan menikmati apa yang telah ada di masa kini, saya tidak akan melepaskan apa yang telah saya peroleh. Salah satu hal yang membuat saya mengamati fenomena ini, saya merasa apa yang dialami oleh manusia merupakan suatu hal yang naluriah.

Sehingga meskipun semakin sering kita menyangkal dan menolak keberadaannya, pasti akan terus muncul dan mengejar kita sendiri. Kadang saya juga ingin egois untuk terus mengkristalkan ingatan dan kenangan tentang hal tertentu, meskipun toh nantinya akan tergeser dengan sendirinya. Saya merasa bahwasanya hidup dan kehidupan merupakan misteri yang dapat dikatakan menarik sekaligus menyebalkan karena kita selalu dihadapkan pada hal yang tidak pasti dan hanya mempunyai praduga-praduga tertentu. Sebagai seorang manusia yang seutuhnya menyadari keberadaan saya sendiri. Saya merupakan individu yang otonom karena berdiri sendiri, akan tetapi di satu sisi juga individu yang memerlukan orang lain beserta kenangan yang hadir di dalamnya.

Meskipun hingga saat ini saya masih membingungkan mengenai kenapa harus ada yang direlakan untuk dilupakan ketika ada suatu hal yang pada saat yang sama berusaha untuk diingat. Bukankah hukum alam (istilah dari saya sendiri) pada dasarnya diciptakan untuk mengondisikan semua kembali pada porosnya. Sebenarnya saya juga merasakan bahwasanya dengan adanya penumpukan kenangan dari kenangan lama yang kemudian tergantikan oleh kenangan baru dapat menjadikan usaha penyembuhan diri bagi saya sendiri. Walau saya pun tidak mengetahui kapan saya akan mempunyai kenangan baru yang cukup untuk menutup kenangan lama yang ingin saya lupakan.