Selasa, 03 Desember 2019

Ada Yang Diingat, Ada Yang Harus Rela Dilupakan


Beberapa bulan yang lalu saya menemukan beberapa fenomena kehidupan yang menurut saya cukup unik. Pasalnya pada fenomena ini akan memperlihatkan bagaimana mudahnya untuk mengingat dan melupakan suatu hal. Memang kadang menurut saya bukan hal penting sih, akan tetapi tetap saja hel tersebut menjadi perhatian menarik untuk saya amati lebih jauh. Saya mengamati beberapa teman saya yang sering kali berganti pasangan dengan mudahnya, ada pula beberapa yang lainnya lebih sering berganti lingkaran pertemanan dalam kurun waktu yang belum terlalu lama. Selain itu, memang perlu ada yang harus dilupakan ketika ada yang lebih diingat.

Saya percaya pada hukum alam yang mana tidak ada yang sekaligus melupakan ataupun mengingat kedua yang bersangkutan dengan diri kita, dimana hal tersebut mungkin bertolak belakang atau malah saling berhubungan. Sudah menjadi konsekuensi bagi siapapun yang merasa ingin melupakan suatu kejadian ataupun kenangan dan seseorang dari kepala, maka akan ada masanya dimana hadir kejadian atau seseorang lainnya yang membuat kita tanpa sengaja akan melupakan. Hal tersebut tentunya juga berlaku bagi saya secara pribadi. Ketika saya merasa butuh untuk melupakan sesuatu, pasti ada hal baru yang muncul dan membekas sehingga menyebabkan adanya ingatan baru yang secara tidak langsung sudah melupakan ingatan sebelumnya.

Semakin kesini, saya merasa fenomena yang saya temukan dalam kehidupan memang sudah sewajarnya ada dan menjadi salah satu cara penyembuhan bagi setiap orang. Bukan masalah tentang ada yang dilupakan dan ada yang diingat, akan tetapi mengenai luka dan penyembuhan itu sendiri. Menurut saya, dengan adanya kemunculan ataupun peristiwa baru yang membekas, akan secara perlahan menggeserkan momen dan ingatan-ingatan yang pada akhirnya akan terlupakan.
Begitu pula dengan pasangan, menurut saya selama masih dalam pencarian jati diri akan banyak menemukan persimpangan yang pada akhirnya akan membuat perbedaan. Lambat laun perbedaan tersebut menimbulkan masalah-masalah yang menjadikannya sebagai kenangan yang ingin dilupakan. Nah, kenangan ataupun seseorang, dalam hal ini pasangan, tersebut lambat laun akan tergantikan dengan kehadiran yang baru.

Menurut saya, sebagai seorang manusia yang berjalan ke arah masa depan, ketika kenangan masa lalu terus-menerus menghantui kehidupan kita. Maka kehidupan ke depannya akan tidak tertata, karena masih terdapat bayang-bayang atau ilusi dari masa lalu. Hal ini merupakan suatu hal yang buruk. Kalau saya sih akan lebih baik untuk merelakan kenangan masa lalu untuk menyambut masa depan yang lebih baik. Meskipun toh sebenarnya tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan kita pada masa depan dan akan seperti apa jadinya. Ketika saya boleh memilih untuk berhenti di masa kini dan menikmati apa yang telah ada di masa kini, saya tidak akan melepaskan apa yang telah saya peroleh. Salah satu hal yang membuat saya mengamati fenomena ini, saya merasa apa yang dialami oleh manusia merupakan suatu hal yang naluriah.

Sehingga meskipun semakin sering kita menyangkal dan menolak keberadaannya, pasti akan terus muncul dan mengejar kita sendiri. Kadang saya juga ingin egois untuk terus mengkristalkan ingatan dan kenangan tentang hal tertentu, meskipun toh nantinya akan tergeser dengan sendirinya. Saya merasa bahwasanya hidup dan kehidupan merupakan misteri yang dapat dikatakan menarik sekaligus menyebalkan karena kita selalu dihadapkan pada hal yang tidak pasti dan hanya mempunyai praduga-praduga tertentu. Sebagai seorang manusia yang seutuhnya menyadari keberadaan saya sendiri. Saya merupakan individu yang otonom karena berdiri sendiri, akan tetapi di satu sisi juga individu yang memerlukan orang lain beserta kenangan yang hadir di dalamnya.

Meskipun hingga saat ini saya masih membingungkan mengenai kenapa harus ada yang direlakan untuk dilupakan ketika ada suatu hal yang pada saat yang sama berusaha untuk diingat. Bukankah hukum alam (istilah dari saya sendiri) pada dasarnya diciptakan untuk mengondisikan semua kembali pada porosnya. Sebenarnya saya juga merasakan bahwasanya dengan adanya penumpukan kenangan dari kenangan lama yang kemudian tergantikan oleh kenangan baru dapat menjadikan usaha penyembuhan diri bagi saya sendiri. Walau saya pun tidak mengetahui kapan saya akan mempunyai kenangan baru yang cukup untuk menutup kenangan lama yang ingin saya lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar