Selasa, 03 Desember 2019

Mahasiswa Rantau Sepertiku, Ketika Jatuh Sakit


Beberapa hari yang lalu saya mengalami demam dan muntah-muntah. Ketika itu, kosan sedang sepi karena memang lagi akhir minggu. Hanya tinggal saya dengan seorang teman saya yang sama-sama anak rantau jauh. Sehingga sangat tidak memungkinkan untuk pulang kampung seminggu sekali.
Rasa-rasanya seluruh badan saya menggigil dan perut seperti sedang diaduk-aduk. Apalagi gejala itu timbul ketika tengah malam. Mau bilang sama siapa juga tengah malam seperti itu? Yah, meskipun toh memang tidak ada yang akan peduli juga dengan keadaan saya. Saat-saat tengah mengalami kondisi yang sedang drop seperti itu, tiba-tiba saya merasakan kerinduan berada di rumah.

Mungkin akan ada yang peduli dan perhatian kepada saya ketika saya berada di rumah. Hm..sebenarnya itu hanya asumsi saya saja sih. Tapi tetap saja, saya merasa sangat membutuhkan perhatian orangtua ketika di masa-masa seperti itu. Ini baru pertama kalinya saya jatuh sakit setelah sekian lama tinggal seorang diri dan jauh dari rumah. Ketika saya mempertimbangkan untuk memeriksakan kesehatan saya, saya masih harus mempertimbangkan keuangan saya apakah mencukupi atau tidak. Apalagi bagi saya yang hidup hanya dari beasiswa yang tidak seberapa, belum lagi biaya cek kesehatan yang pastinya akan memenggal separuh dari uang beasiswa saya selama sebulan.

Saya benar-benar merasakan kegalauan yang begitu besar. Ingin rasanya memeriksakan keadaan saya karena pada malam itu, saya tidak henti-hentinya memuntahkan apa saja yang ada di perut saya. Sebenarnya hanya itu saja yang saya khawatirkan, apalagi tubuh saya sudah mulai kekurangan cairan akibat muntah-muntah tadi. Sehingga mau tidak mau saya membangunkan teman saya yang kebetulan juga sama-sama anak rantau dari jauh.Berbekal dari sedikit pengetahuan saya tentang pertolongan pertama dari hasil sering ikut serta dalam kegiatan survival di alam bebas, saya meminta teman saya untuk membuatkan ramuan intisari dari teh yang sangat kental.

Meskipun rasanya menurut saya lumayan pahit, karena perlu diketahui ramuan ini tidak diberi gula sama sekali dan justru diberi sedikit garam, muntah-muntah saya sudah mulai berkurang. Saya mulai merasakan ada tenaga lagi meskipun hanya sedikit. Sehingga saya memutuskan untuk membuat beberapa ramuan lagi untuk menambah kadar cairan di tubuh saya. Paginya, saya merasa lebih baik dan sudah tidak merasakan mual-mual lagi.Namun pada saat itu, demam saya masih lumayan tinggi. Saya masih memaksakan diri untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena menurut saya, kalau hanya untuk demam saja saya masih bisa menahannya. Meskipun toh bukan berarti saya ingin berlarut-larut mengalami demam.

Pada saat itu, karena memang sedang akhir pekan, hanya beberapa apotek saja yang masih buka. Yah, saya pikir daripada saya harus menghabiskan uang bulanan beasiswa saya hanya untuk memeriksa kondisi kesehatan badan, akan lebih baik apabila uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya seperti makan dan print tugas. Jadi saya memutuskan untuk mengonsumsi obat yang saya beli dari apotek saja tanpa tahu apa penyakit yang sebenarnya sedang saya alami.Memang wajar sih alasan saya untuk lebih memilih hanya mengonsumsi obat dari apotek, karena pada saat itu uang bulanan dari beasiswa yang saya dapatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kadang kala masih kurang.

Sehingga dalam beberapa waktu saya perlu melakukan pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi kekurangan kebutuhan biaya hidup saya. Selain itu, yang membuat saya sedikit sedih yaitu ketika saya benar-benar jauh dari orangtua. Bahkan untuk mahasiswa seperti saya ini, mungkin hanya dapat pulang kampung halaman maksimal dua kali dalam setahun. Hal itu sebenarnya membuat saya kadang merasakan kerinduan akan rumah yang mana di kampung halaman saya penduduk dan lingkungannya masih asri dan tidak kejam seperti kehidupan di kota.

Namun demi mendapatkan pengetahuan dan kelayakan hidup yang lebih baik, saya merasa harus tetap semangat dan giat dalam menjalani rutinitas sebagai seorang mahasiswa. Apabila kondisi saya sakit seperti itu, maka akan mengganggu konsentrasi dan jadwal kegiatan yang harus saya lalui. Saya tidak akan fokus melalui perkuliahan saya dan akan mengalami keteteran jadwal ataupun tugas karena kondisi saya yang sedang drop. Sehingga, saya pada saat itu benar-benar memutuskan untuk menjaga kembali kesehatan dan pola makan saya agar tidak mengalami jatuh sakit untuk yang kedua kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar