Selasa, 03 Desember 2019

Sedih, Beginilah Hidup Setelah Putus dari Pacar


Sejak bulan lalu, aku dilanda patah hati yang sangat mendalam. Soalnya aku baru saja minta putus dari pacar aku. Yah, meskipun sebenarnya aku yang memang minta putus sih. Tapi tetep aja aku masih ngerasa patah hati gegara hal itu. Siapa sih yang nggak pengen putus jika pacarmu cumin sibuk sama kegiatan organisasi doang? Nah, itu salah satu hal yang aku nggak betah dari dia. Apalagi semenjak dia jadi pengurus harian di salah satu organisasi kampus, dia semakin nggak peduli dengan aku lagi. Yah, pada akhirnya aku minta putus deh sama dia.Aku sama mantan pacar aku itu udah pacaran semenjak semester awal kuliah. Pada awalnya hubungan kami biasa saja karena emang kami berasal dari fakultas yang sama. Jadi aku rasa kami lebih mudah mengatur jadwal ketemuan dan keluar bareng.

Namun, ketika mulai memasuki semester selanjutnya, dia memutuskan buat ikutan organisasi lingkup kampus. Awalnya sih aku mendukung aja, soalnya yah menurutku itu juga termasuk kegiatan yang baik dan bermanfaat bagi dia. Namun semenjak dia mengikuti kegiatan organisasi kampus, dia semakin sibuk dan intensitas ketemuan kami semakin jarang. Yah, maklum sih ya. Organisasi kampus gitu loh, siapa coba yang nggak super sibuk dengan hal itu. Apalagi setelah satu tahun ikutan organisasi itu, mantan pacar aku direkomendasiin buat jadi salah satu pengurus harian disana. So, pastinya dia jadi sibuk banget. Jadi aku ngerasa wajar sih kalau dia menjadi lebih sering buat ikutan acara-acara yang diadain sama organisasinya itu.

Hal yang semula aku anggap wajar lama-kelamaan menjadi lebih mencurigakan bagiku. Pada mulanya, minimal sehari aku masih dapat kabar ataupun chat-an dengan dia. Namun lambat laun, semakin jarang aku mendapatkan kabar darinya. Mulanya sekitar dua hari baru kasih kabar, terus kalau nggak dihubungi duluan nggak bakalan hubungin aku. Kemudian mulai lebih jarang lagi dia kasih aku kabar, kadang malah sampai seminggu baru dia bisa kasih kabar. Sampai-sampai aku bertanya-tanya sebenarnya dia itu jadi pengurus harian atau emang sengaja buat nggak hubungin aku.

Nah, sebenarnya disini juga ada salah dariku sih. Soalnya aku kan ikutan kegiatan-kegiatan outdoor gitu. Sementara aku hibur waktu buat diriku sendiri dengan ikutan muncak bareng temen-temen kuliah atau kadang latihan panjat dinding di kampus, dia malah curigain aku sama cowok lain. Yah, gimana nggak sebel coba. Kan yang namanya kegiatan kayak gitu emang isinya anak cowok semua. Apalagi aku juga nggak terlalu mikirin mau main bareng cowok atau bareng cewek gitu. Padahal dia juga tahu kalau aku emang anak yang hobby-nya main kayak gituan.

Maksudku, aku emang suka kegiatan-kegiatan yang nantang adrenalinku gitu. Bahkan, aku kenal sama dia pun gegara kegiatanku itu.Pada mulanya, ketika aku nongkrong di sekre mapala dimana aku emang salah satu anggotanya, dia ikutan nongkrong disitu. Bahkan, dia juga sempat ikutan muncak bareng kala itu. Tapi, semakin kesini aku ngerasa udah nggak sepemahaman lagi sama dia. Apalagi semenjak dia ikutan organisasi kampus yang berbau agama kayak gitu. Ya bukannya apa, tapi aku paling nggak suka ketika kebebasan yang aku miliki diatur-atur sama orang lain. Meskipun toh notabene-nya dia saat itu masih berstatus pacar aku.

Makanya, aku lebih memilih buat mengakhiri hubunganku dengannya. Pada awalnya aku ngerasa bebas setelah putus dengannya. Tapi setelah sekitaran satu minggu, aku merasa mulai ada yang hilang dari diriku. Aku yang udah terbiasa dengan perhatian dan kehadirannya, meskipun memang pada masa akhir-akhir hubungan kami komunikasinya jarang-jarang, tiba-tiba kini harus benar-benar hilang kontak dengannya. Apalagi setelah putus denganku, dia benar-benar nggak mau dihubungi sama sekali. Jadi aku benar-benar merasakan kehilangan dia. Semenjak itu, aku mulai menjadi individu yang sering menyendiri. Yah, meskipun nggak selalu sih. Ada masa disaat aku memang ikutan nongkrong dengan anak-anak yang lain, tapi aku merasa pikiranku serasa kosong gitu dan lebih banyak melamun.

Aku menjadi lebih sering keingat sama kenangan masa lalu, kalau nggak gitu aku lebih sering menghabiskan waktuku buat baca buku melankolis. Sebenarnya aku juga menyadari keadaanku, jadi aku mulai lagi buat mengalihkan fokusku dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Sehingga pikiranku tidak melulu tentang penyesalanku meminta putus darinya. Aku mulai kembali ikutan muncak bareng teman-teman, mulai lagi latihan panjat dinding, mulai fokus lagi sama kuliah dan sebagainya. Sehingga, lama-kelamaan aku dapat melupakan hal tersebut dan ketika aku bertemu dengannya lagi, aku sudah tidak merasakan nuansa melankolis lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar