Selasa, 03 Desember 2019

Ketika Hobby Berbenturan dengan Kuliah


Sejak masa SMA, saya menyukai kegiatan berbau alam bebas. Sejak saat itu, saya mulai ikutan dengan organisasi pecinta alam. Pada mulanya, saya merasa kegiatan ini menghabiskan banyak tenaga dan banyak dana. Namun karena memang menyukai hal yang berbau alam dan kegiatan ekstrim, saya tetap menyukainya. Yah, meskipun pada waktu itu kegiatannya masih tergolong taraf yang rendah sih, seperti rappelling di jembatan yang ada di belakang sekolah, latihan panjat dinding di sekolah tetangga, ataupun kemping ceria di Taman Nasional yang masih satu kabupaten dengan tempat tinggal. Kegiatan tersebut meskipun sebenarnya memang menguras tenaga dan biaya, karena pada saat itu notabene-nya saya masih anak sekolahan, saya sangat enjoy dan cenderung mulai merasa ketagihan.

Akhirnya, setelah memasuki dunia perkuliahan, saya memutuskan untuk bergabung dengan organisasi pecinta alam kampus. Pertama-tama sebenarnya saya juga diliputi oleh kegundahan karena pada saat itu saya memutuskan untuk kuliah di luar daerah. Hal ini tentunya membuat saya harus benar-benar mengatur pengeluaran bulanan sehemat mungkin apabila saya bergabung dengan organisasi mapala tersebut. Selain itu, saya memilih organisasi mapala fakultas karena menurut saya kegiatan yang dilakukan tidak akan terlalu berbenturan dengan kuliah. Tentunya, untuk menjadi anggota dalam organisasi pecinta alam haruslah ada pendidikan dasar terlebih dahulu untuk memperkenalkan calon anggota tersebut dengan kegiatan alam bebas dan bahaya yang dihadapi dalam alam bebas tersebut.

Hal lain yang menjadi pertimbangan saya untuk memutuskan bergabung dengan mapala yaitu kegiatan dalam mapala (mahasiswa pecinta alam) tidak terdapat unsur-unsur berpolitik sama sekali. Disana kita hanya akan diajarkan mengenai survive di alam bebas, pengendalian emosi diri, materi-materi kegiatan di alam bebas dan sebagainya. Hal itu memang merupakan minat awal saya untuk mengikuti kegiatan yang tidak bersinggungan sama sekali dengan hal-hal yang berbau politik. Namun lagi-lagi, konsekuensi yang harus saya dapatkan ketika saya memutuskan untuk bergabung dalam organisasi mapala yaitu perlunya menyiapkan tenaga dan dana ekstra.

Sudah menjadi rahasia umum jika mengikuti organisasi mapala berarti saya harus mengikuti latihan yang diadakan hampir setiap hari. Entah itu mulai latihan fisik, jogging, latihan SRT (Single Rope Teknik) atau naik turun dari ketinggian dengan menggunakan satu tali, latihan IMPK (Ilmu Medan Peta dan Kompas), latihan panjat dinding, latihan dayung (rafting) dan sebagainya. Latihan-latihan tersebut masih tergolong latihan dalam tahapan latihan secara fisik dengan media latihan masih berada di lingkungan kampus. Belum lagi saya masih harus belajar mengenai materi-materi kepecintaalaman, KSDA (konservasi sumber daya alam) dan lain sebagainya. Hal tersebut ternyata membuat saya kelimpungan dengan tugas-tugas kuliah karena tenaga dan waktu saya habis untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Dengan kegiatan-kegiatan di mapala yang menguras tenaga dan waktu tersebut. Tidak jarang saya menjadikan kuliah sebagai sarana untuk istirahat ataupun tidur. Selain itu, ada masa-masa dimana pada jam-jam perkuliahan, saya harus melakukan kegiatan lapangan semisal ekspedisi panjat tebing ke luar daerah, pendakian di gunung tertentu, dan sebagainya. Yah, meskipun memang ada surat ijin tertulis dari pihak organisasi, saya merasa hobby saya ini sering kali berbenturan dengan aktivitas perkuliahan saya. Mulai dari saya tidak bisa mengikuti jam-jam kuliah tertentu, sehingga saya sering merasa ketinggalan materi kuliah. Hingga kadang tak jarang saya sering terlambat mengumpulkan tugas kuliah karena masih berada di alam bebas pada waktu deadline pengumpulan tugas tersebut.

Meskipun banyak kendala dalam perkuliahan saya, saya masih berusaha untuk bisa lulus tepat waktu.Apalagi saya merasa mempunyai beban moral kepada orangtua saya untuk mendapatkan nilai kuliah yang minimal diatas rata-rata. Hal tersebut tentunya merupakan beban tersendiri bagi saya ketika harus memilih untuk melakukan hobby sejalan dengan aktivitas perkuliahan atau malah meninggalkan hobby saya untuk sementara waktu. Ketika saya telah menetapkan untuk memilih melakukan hobby sejalan dengan aktivitas perkuliahan, memang sudah menjadi konsekuensi saya sendiri jika saya merasakan kekurangan waktu. Hal tersebut sebenarnya dapat saya tanggulangi dengan melakukan pengaturan jadwal yang jelas dengan mempertimbangkan skala prioritas utama saya.

Namun tetap saja karena kegiatan mapala berhubungan dengan kegiatan fisik, kadang saya masih merasakan lelah dan itu sebenarnya yang mengganggu perkuliahan saya. Maksudnya, kadang saya benar-benar harus mempunyai tenaga ekstra setelah kegiatan di lapangan, yang biasanya dilakukan pada saat weekend, dan tiba di kampus ketika Minggu malam. Sedangkan saya masih mempunyai jadwal untuk mengikuti perkuliahan pada hari Senin pagi. Hal itu benar-benar menguras tenaga, karena yang seharusnya saya istirahat setelah kegiatan, saya masih mempunyai jadwal kuliah. Akan tetapi, meskipun sebenarnya jadi kendala tersendiri bagi saya, ketika saya melakukan sesuatu yang saya sukai dan tahu konsekuensinya. Saya memang benar-benar harus siap dengan hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar